Setelah operasi TURP atau pengerokan
prostat dapat terjadi beberapa komplikasi. Untuk mengamati dan jika
perlu dilakukan penanganan komplikasi maka perlu perawatan khusus.
Segera setelah TURP pasien ditampatkan di ruang khusus dengan pengawasan
ketat (sering disebut RR atau ruang resusitasi).
Hal-hal yang terus dimonitor dalam
ruangan ini antara lain tekanan darah, nadi, respirasi, kesadaran,
keluhan mual muntah dan gangguan pandangan.Selain itu perlu diamati
produksi kateter dan rasa nyeri di perut.
Tekanan darah diusahakan dalam kisaran
normal. Tekanan darah yang terlalu tinggi (sistole diatas 150mmHg) akan
menyebabkan pembuluh darah terbuka sehingga pendarahan setelah operasi
akan berlanjut. Hal ini akan ditandai dengan kateter yang merah pekat.
Jika keadaan berlanjut akan berakhir dengan shock dan kematian. tekanan
darah yang rendah (sistole kurang dari 80mmHg) akan berakibat perfusi
jaringan tidak baik.
Frekuensi nadi yang tinggi mungkin
menrupakan tanda rasa nyeri yang tidak tertangani dengan analgetik
(analgetik kurang adekuat) atau kompensasi akibat volume
intravaskularyang kurang (akibat pendarahan). Untuk membedakan kedua hal
tersebut dapat dilakukan dengan bertanya kepada pasien apakah terasa
nyeri, memberikan infus 400cc NaCl 0,9% (sebagai chalange test). Jika
nadi turun setelah chalange test maka peningkatan frekuensi nadi karena
kekurangan volume intra vasa dan memerlukan resusitasi. Jika tetap
tinggi mungkin diperlukan peningkatan analgetik.
Suhu tubuh harus dijaga dalam keadaan
hangat dengan warmer blanket ataupun selimut tebal. Suhu ruangan yang
dingin akan mengakibatkan pasien hipotermi dan sebagai respon
metabolisme akan ditingkatkan oleh tubuh.
Monitor kesadaran, mual muntah dan
gangguan pandangan yang tergangu mungkin karena ketidakseimbangan
elektrolit, umumnya karena kadar natrium yang rendah. Jika volume
intravaskular yakin baik, dapat diberikan furosemide intravenous bolus.
Dengan pemberian diuretik ini diharapkan terjadi diuresis/kencing.
Produksi kencing akan mengurangi volume intravaskular, tetapi elektrolit
natrium relatif tidak ikut kedalam kencing. Sehingga kadar natrium akan
naik (natrium tetap tetapi jumlah pelarut berkurang maka kadar akan
naik). Koreksi selanjutnya dilakukan setelah hasil laboratorium ada.
Gangguan pandangan umumnya bersifat sementara, meskipun demikian kondisi
ini jarang terjadi.
Rasa nyeri di perut dapat bermakna adanya
jendalan darah yang banyak di kandung kencing, sumbatan kateter,
berlubangnya kandung kencing akibat operasi atau analgetik yang tidak
adekuat. Jendalan darah yang banyak dapat menyebabkan nyeri jika
jendalan sangat banyak sehingga kandung kencing sangat teregang. Nyeri
karena sumbatan kateter karena cairan irigasi dari penampung tetap
menetes sedangkan aliran kateter kebawah tak lancar, sehingga kandung
kencing melendung. Kita akan curiga sumbatan kateter dan clot/jendalan
darah berkumpul di kandung kencing jika kandung kencing teraba penuh
(daerah suprapubik melendung dan mengeras). Untuk kedua masalah ini
dapat diselesaikan dengan spooling dengan NaCl 0,9%. Kandung kencing
berlubang dicurigai saat terasa nyeri yang menjalar hingga ke pundak
(bahu), dan saat kateter disumbat dengan irigasi tetap dijalankan
kandung kencing tidak penuh. Adekuat tidaknya analgetik dapat diketahui
dari keluhan pasien dan frekuensi nadi.
Di ruang tersebut akan dialakukan
pengambilan darah. Sampel darah sekitar 3 cc akan segera dikirim ke
laboratorium untuk pemeriksaan kadar hemoglobin darah serta natrium dan
kalium serum. Lama pemeriksaan elektrolit tersebut sekitar 1jam 45
menit, dan untuk hemoglobin/darah rutin selama 45 menit.
Jika secara klinis diketahui adanya
penurunan kadar hemoglobin yang berat, misalnya saat operasi terjadi
pendarahan yang hebat atau saat di ruang resusitasi kateter merah pekat
terus maka dapat dilakukan transfusi dengan PRC (packed red cell).
Setelah diketahui kadar hemoglobin dan
elektrolit segera lakukan koreksi jika diperlukan. Koreksi Hemoglobin
mulai dilakukan jika kadar hemoglobin dibawah 10gr%. Kadar natrium serum
dibawah 120mEq/L segera lakukan koraksi cepat dengan natrium
3%intravena, 120 hingga 130mEq/L lakukan koreksi lambat intravena dengan
NaCl 0,9%. Diatas 130 mEq/L lakukan koreksi dengan kapsul garam.
Irigasi setelah TURP menggunakan cairan
NaCl 0,9% atau sterilized water for irrigation. Kedua jenis cairan ini
lazim digunakan di Indonesia.Setiap rumah sakit memiliki keputusan
tersendiri. Kedua jenis cairan ini aman dan sudah terdapt penelitian
yang mengungkapkannya. Di luar negri mungkin terdapat cairan lain
seperti glisin, cytal ataupun lainnya tetapi cairan tersebut tidak masuk
pasaran Indonesia.
Jumlah tetesan cairan irigasi untuk hari
setelah operasi biasanya guyur. Hari pertama sekitar 60 tetes permenit.
Hari kedua sekitar 40 tetes permenit. Hari ketiga intermiten. Meskipun
demikian tetesan dapat bebrbeda antar pasien disesuaikan kondisi pasien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar