Batu Kandung Kencing

Batu buli atau batu kandung kemih dalam bahasa kedokteran disebut vesicolithiasis. Batu kandung kencing  digolongkan menjadi 3 macam.

Batu sekunder,
Dikatakan batu sekunder jika batu di kandung kencing oleh karena suatu proses yang dapat diketahui atau diterangkan dengan jelas sebab musababnya. Batu saluran kencing sekunder karena gangguan aliran kencing karena pembesaran prostat, penyempitan saluran (striktur uretra). Kencing yang lama tidak mengalir akan mengendap. Jika endapan ini berlanjut maka terbentuklah batu kandung kencing.
Hal yang mungkin dikeluhkan pada pasien ini antara lain: kencing yang tersendat, pancaran kencing melemah, sering bangun malam untuk kencing, pancaran kencin yang terbelah, pancaran kencing yang kecil. Riwayat infeksi saluran kencing.

Batu migrans/migrating stone
Dikatakan migrating stone jika sebetulnya batu berasal dari ginjal (tepatnya di tubulus colectivus renalis) dan turun mengikuti aliran kencing. Setelah di kandung kencing batu tersebut membesar oleh karena banyak zat pembentuk batu dari kencing yang ikut menempel.
Keluhan yang sering dikatakan pasien ini antara lain pernah merasa nyeri pinggang atau punggung yang tidak jelas/tidak terlalu nyeri, nyeri pinggang sangat tajam/menusuk yang kadang menyebar ke perut dan paha.

Batu primer
Dikatakan batu primer jika tidak dapat diklasifikasikan dalam kedua kelompok diatas, yaitu karena kelainan metabolik.Contoh: batu kandung kencing karena pembuangan garam kalsium berlebih seperti pada kelainan kelenjar tiroid. Pada pasien dengan kadar asam urat yang tinggi sering didapatkan kadar asam urat yang tinggi pula dalam kencingnya. Jika komponen pembentuk batu banyak di air kencing maka kemungkinan untuk menjadi batu akan besar.
Tanda penyakit asam urat seperti jika makan jeroan jempol kaki bengkak, sendi badan sakit. Tanda kelainan metabolik lainnya contohnya gondok yang membesar, dengan tangan yang gemetaran.

Pada pasien batu kandung kencing menimbulkan beberapa gejala yang khas.
  1. Rasa nyeri di akhir kencing yang kadang diikuti keluarnya darah.
  2. Rasa nyeri di ujung penis.
  3. Intermitensi, yaitu kencing— berhenti— kencing lagi. Hal ini karena saat kandung kencing mengosongkan kencing, batu saluran kencing ikut hanyut dan menutup lubang kencing bagian dalam (orificium uretra internum). Saat kencing berhenti, batu terlepas lagi sehingga kencing dapat mengalir lagi. Hal ini terjadi jika batu masih kecil. Jika batu sudah besar mala tidak dapat terjadi.
  4. Kencing tiba-tiba terhenti/tidak dapat kencing yang sebelumnya dapat kencing lancar tanpa keluhan. Hal ini karena batu kandung kencing menyumbat dan tidak terlepas lagi.
  5. Dalam buku text mungkin tertulis kencing terhenti dan mengalir lagi jika berubah posisi. Hal ini sulit untul dibawa ke penjelasan klinis, karena kita biasanya tidak berubah posisi jika kencing, maksudnya tetap saja berdiri atau jongkok. Mungkin tidak pernah ada yang melakukan saat kencing terhenti terus nungging agar mengalir lagi. Meskipun demikian pernyataan ini tetap kita hormati.
  6. Pada anak kecil yang belum dapat berkomunikasi dengan baik atau pada retardasi mental pasien sering menarik penis. Bahkan pernah dijumpai pasien retardasi datang dengan  patahnya penis (rupture penis) dan saat dilakukan pemeriksaan lanjut ditemukan adanya batu kandung kencing.
Penanganan pasien  batu kandung kencing terutama menghindari terhentinya /tidak dapatnya kencing. Jika kencing terhambat maka lambat laun akan terjadi gagal ginjal. Hal ini dilaksanakan dengan pemasangan selang kateter ataupun aspirasi supra pubik untuk pertolongan pertama. Hal lainnya adalah kemungkinan infeksi. Batu di saluran kencing dapat menjadi “markas” bakteri/kuman penyakit. Hal ini karena bakteri membentuk biofilm yang tidak dapat ditembus antibiotic di permukaan batu, bakteri bersembunyi dibawah biofilm. Diberikan antibiotic bertujuan untuk mengurangi/menghilangkan bakteri yang tidak terlindungi biofilm sambil menunggu tindakan operasi.
Batu pada kandung kencing memerlukan terapi bedah jika tidak dapat keluar dengan sendirinya. Hal ini karena komponen penyusun batu mayoritas berupa struvit (alumunium magnesium sulfat), oksalat dan kapur. Zat sat ini tidak akan larut dengan obat pelarut biasa. Terapi bedah dapat berupa bedah terbuka ataupun minimal invasif.
Operasi terbuka dilaksanakan dengan jalan membuka kandung kencing dan kemudian mengeluarkan batu dari lubang tersebut. Operasi minimal invasive dengan jalan memasukkan alat kedalam kandung kencing melalui lubang kemaluan (penis). Alat tersebut kemudian memecahkan batu. Dengan tehnik ini tidak didapatkan luka sayatan operasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar